•15.49
SEBELUM KAU PERGI
Sebelum kau pergi
Ku ingin kau tersenyum
Di depan mataku yang rapuh
Agar nantinya kau tak sedih
Ketika menapaki jalan terjal dan berliku
Sebelum kau pergi
Ku ingin menulis selembar kisah
Pada lembayung sukma jauh
Agar ia menjadi saksi bahwa babad hari ini mengalun perih
diantara kebisuan yang lestari,
bersimpuh manis dalam dekapan hangat
jubah nenek moyang yang dikebiri
Sebelum kau pergi
Ku ingin mengenangmu
dan terus mengenagmu
Hingga malaikat itu hinggap di pangkuanku
dengan sebait sabda yang tak bernada
MATA AIR AIRMATA
Pada mata airmu yang hening
Pada airmatamu yang bening
Ijinkan sejenak mataku memandang
Tentang kepiluanmu
Tentang asamu
tanpa berkedip
Hingga menembus ke dalam celah-celah sungai Nil-mu
yang mulai mengering
SEBUAH PENGKHIANATAN
Kau tersenyum seperti iblis
Yang berhasil membius manusia
dengan segelas anggur
Menghapus manis sentuh bibir yang pernah kau kecup
mengurai cinta yang erat ku balut
hingga lelah letih meredup
Kau goreskan kepedihan di setiap harapan
Kau redupkan angan di setiap impian
Hingga aku terhuyung arus penderitaan
Ku akui….
Kau memang tawaddhu’, tertunduk
Tapi jidadmu bertanduk
Otakmu sangat cerdik, tapi hatimu licik
Jutaan manusia telah kau cekik dengan jemarimu yang lentik
Sebelum kau pergi
Ku ingin kau tersenyum
Di depan mataku yang rapuh
Agar nantinya kau tak sedih
Ketika menapaki jalan terjal dan berliku
Sebelum kau pergi
Ku ingin menulis selembar kisah
Pada lembayung sukma jauh
Agar ia menjadi saksi bahwa babad hari ini mengalun perih
diantara kebisuan yang lestari,
bersimpuh manis dalam dekapan hangat
jubah nenek moyang yang dikebiri
Sebelum kau pergi
Ku ingin mengenangmu
dan terus mengenagmu
Hingga malaikat itu hinggap di pangkuanku
dengan sebait sabda yang tak bernada
MATA AIR AIRMATA
Pada mata airmu yang hening
Pada airmatamu yang bening
Ijinkan sejenak mataku memandang
Tentang kepiluanmu
Tentang asamu
tanpa berkedip
Hingga menembus ke dalam celah-celah sungai Nil-mu
yang mulai mengering
SEBUAH PENGKHIANATAN
Kau tersenyum seperti iblis
Yang berhasil membius manusia
dengan segelas anggur
Menghapus manis sentuh bibir yang pernah kau kecup
mengurai cinta yang erat ku balut
hingga lelah letih meredup
Kau goreskan kepedihan di setiap harapan
Kau redupkan angan di setiap impian
Hingga aku terhuyung arus penderitaan
Ku akui….
Kau memang tawaddhu’, tertunduk
Tapi jidadmu bertanduk
Otakmu sangat cerdik, tapi hatimu licik
Jutaan manusia telah kau cekik dengan jemarimu yang lentik
0 komentar: